Cinta pada pandangan pertama mengacu pada sekumpulan asosiasi bawah sadar yang membentuk otak individu dan yang menyebabkan jatuh cinta. Ini adalah momen ajaib di mana perasaan yang sulit dijelaskan menjadi mabuk. Ada orang yang merasa seperti kupu - kupu di perut. Kita bisa berada dalam cinta yang singkat.
Cinta pada pandangan pertama sangat mudah dibingungkan dengan jenis perasaan yang lain, karena saat pertama kali bertemu dengan seseorang, banyak perasaan baru yang muncul yang terkadang sulit untuk dikenali. Mungkin orang lain membangkitkan nafsu seksual yang sangat besar, tetapi cinta pada pandangan pertama tidak terdiri dari itu, tetapi lebih dari itu.
Dan orang di depan Anda sama sekali tidak dikenal. Cinta pada pandangan pertama atau kegilaan menggambarkan momen ini, dan komunitas ilmiah dan akademisi tidak setuju apakah fenomena ini ada atau lebih tepatnya ilusi. Bagaimanapun, banyak orang melaporkan merasakan ini, bahkan beberapa kali dalam sehari.
Kegilaan ini mencerminkan realitas cinta: kesan pertama juga memengaruhi jatuh cinta, karena seseorang mungkin tertarik pada penampilan fisik, warna mata, atau kecantikan wajah seseorang. Perasaan telah bertemu seseorang yang istimewa ini muncul dari proyeksi ilusi pribadi di sisi lain, yaitu, orang lain itu tampaknya sesuai dengan cita-cita yang diimpikan oleh dirinya sendiri.
Namun, hanya waktu yang dibutuhkan untuk mengenal orang lain adalah ketika sang kekasih dapat memastikan apakah kegilaan itu adalah awal dari perasaan yang lebih kuat atau, sebaliknya, dapat terjadi bahwa mengenal orang lain sedikit demi sedikit.. Sebuah kekecewaan. Dalam kasus seperti ini, jatuh cinta menjadi fatamorgana, itu hanyalah ilusi sekilas karena tidak ada yang bisa terjadi.
Meski banyak orang yang bingung, cinta pada pandangan pertama sebenarnya bukan cinta platonis. Mereka mungkin memiliki beberapa poin kecil yang sama, tetapi ide romantis Plato mengacu pada ide cinta yang sempurna, yang tidak selalu bertepuk sebelah tangan, yang melebihi batas duniawi dan melibatkan kesulitan besar.
Ide cinta platonis mungkin memiliki hubungan dengan cinta pada pandangan pertama dalam kenyataan bahwa tampaknya sangat rumit bahwa dua orang yang baru saja mereka temui akhirnya menghabiskan gairah mereka. Namun, ide Platon menyinggung cinta yang benar-benar murni dan tidak tertarik, di mana tidak ada yang memiliki bobot di dunia material, dan di mana aspek intelektual dan moral menjadi dasar dari perasaan bersama.
Banyak orang tidak percaya pada cinta pada pandangan pertama, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa cinta memang ada. Tentu saja, Anda tidak pernah tahu di mana Anda bisa menemukannya. Jika Anda beruntung menemukannya, jangan ragu sejenak untuk merawatnya, karena Anda tidak pernah tahu apakah orang itu akan menjadi cinta dalam hidup Anda.