Setelah ilmu-ilmu dasar yang kita kenal sekarang ditetapkan, perpaduannya dilakukan, bersama dengan elektronika dan komputasi, untuk menerapkan studi yang berbeda pada perilaku alam dan, kemudian, menerapkan mekanisme ini dalam pembuatan artefak baru yang meningkatkan yang kualitas hidup penduduk. Salah satunya adalah ilmu robotika, suatu disiplin ilmu yang menganalisis perilaku manusia atau hewan untuk merancang robot yang mampu meniru pola perilaku ini; umumnya, ini diterapkan di tingkat industri, untuk menggantikan manusia dalam pekerjaan produksi. Contoh penting lainnya adalah bionik, ailmu yang mempelajari konstitusi dan fungsi organisme makhluk hidup yang berbeda untuk mengembangkan bagian mekanis yang mampu menggantikannya.
Namun, salah satu yang paling menonjol adalah sibernetika, produk sains dari persatuan mekanika, fisika, elektronik, kimia, kedokteran, dan sosiologi. Ini adalah bidang studi yang sangat kompleks, yang bertujuan untuk menganalisis sistem komunikasi antar makhluk hidup, sebagai bagian dari pengumpulan data yang berupaya mengembangkan kecerdasan buatan yang bekerja dengan cara yang sama.
Itu muncul pada tahun 1942, pada akhir Perang Dunia II, menjadi istilah yang diciptakan oleh Norbert Wiener, dari kata Yunani "κυβερνητική", yang berarti "seni mengemudikan kapal". Wiener adalah bapak sibernetika, yang, antara 1922 dan 1923, melakukan berbagai studi tentang gerak Brownian, yang meletakkan dasar bagi sibernetika dan kalkulus probabilitas.
Wiener, bersama dengan ahli fisiologi Arturo Rosenblueth, menetapkan misi merancang meriam yang dapat menembak jatuh, dengan margin kesalahan yang sangat kecil, pesawat cepat musuh, selama Perang Dunia Kedua. Ini muncul sebagai bagian dari masalah tidak memiliki kemampuan untuk membidik dan kehilangan kendali atas lintasan target dengan mudah, seperti yang mungkin terjadi di masa sebelumnya, sehingga mesin yang cepat dan sederhana dibangun. Peristiwa ini terutama yang menentukan kelahiran sibernetika.