Pada permulaan abad ke-20 terjadi kebangkitan puisi melalui berbagai aliran. Di antara mereka, ada baiknya menyoroti Generasi 27, modernisme dan puisi avant-garde dalam berbagai manifestasinya (surealisme, futurisme, dadaisme, ultraisme). Sebuah revolusi dalam penciptaan puisi juga terjadi di Amerika Latin, dan postumisme adalah salah satu arus paling orisinal dari momen bersejarah itu.
Postumisme adalah gerakan sastra di mana sajak ditinggalkan, ritme tidak teratur, dan ide-ide diekspresikan saat muncul di benak penulis. Ini dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang sederhana, jujur dan tidak dibuat-buat. Gerakan ini muncul sebagai senjata pengecaman dan celaan sosial terhadap pendudukan Amerika.
Para postumista berkumpul di sekitar Domingo Moreno Jimenes, dan menerbitkan gagasan mereka di majalah “El Día Estético”.
Tokoh terpenting dalam gerakan ini adalah Moreno Jiménez. Ini lahir pada tahun 1894 di Santo Domingo. Dia mulai mengajar pada usia yang sangat muda, menjadi direktur Sekolah Pascasarjana Sabaneta (Santiago Rodríguez) dua kali (1918 dan 1926) dan menjadi guru di Sekolah Normal San Pedro de Macor. Dia juga mengarahkan Institut Puisi Osvaldo Bazil (1950-1970), yang didirikan atas permintaannya di San Cristóbal oleh diktator Rafael Leónidas Trujillo Molina. Penyair dalam syair bebas ini adalah salah satu yang memiliki karya besar, lebih dari lima puluh judul, beberapa di antaranya adalah: "Janji", "Puisi anak perempuan yang disatukan kembali", "Orang tua saya yang sudah meninggal" dan "Kata-kata di dalam air".
Sus comienzos revelan un énfasis marcadamente modernista, aunque siempre ajeno al deslumbramiento verbal. Sus primeros versos fueron publicados en las revistas Páginas, Renacimiento y Letras.