Kata Uxoricide digunakan ketika ada adalah sebuah pembunuhan yang terdiri dari laki-laki yang membunuh istrinya. Istilah uxoricide berasal dari bahasa latin uxor yang artinya istri, dan -cide berasal dari caedere yang artinya membunuh. Uxoricide telah ada sepanjang sejarah, misalnya, di Roma kuno Kaisar Nero memerintahkan pembunuhan istri pertamanya Octavia setelah dia menceraikannya.
Poppea Sabina, istri keduanya, meninggal karena pukulan telak dari Nero pada 65 AD. Raja Inggris Henry VIII memerintahkan eksekusi dua dari enam istrinya: Anne Boleyn, yang dia tuduh melakukan perzinahan, penghasutan dan pengkhianatan; dan Catherine Howard, juga dituduh melakukan perzinahan.
Tapi tidak perlu melihat ke belakang, contoh yang lebih baru ada di rezim Franco, saat penggunaan uxoricide diizinkan jika wanita itu melakukan perselingkuhan.
Saat ini adalah umum untuk mengasosiasikan uxoricide dengan machismo, karena pembunuhan terhadap perempuan ini cenderung terjadi pada laki-laki yang berpikiran sangat konservatif yang tidak menerima kebebasan perempuan atau emansipasi mereka. Dalam kasus perzinahan, dan terutama dalam domain seksual, mereka menganggap bahwa mereka merusak satu kehormatan manusia dan bahwa mereka dapat menjadi penyebab uxoricide untuk membalas dendam.
Pendukung teori psikodinamik telah menawarkan penjelasan untuk mekanisme yang mendasari munculnya Uxoricide. Ada pendapat bahwa pria yang membunuh pasangannya mengalami ketergantungan yang tidak disadari pada istri mereka dan kebencian terhadap istrinya. Para pria ini ingin meninggalkan hubungan, tetapi secara tidak sengaja menganggap diri mereka terlalu tidak berdaya untuk melakukannya, yang berpuncak pada keyakinan bahwa membunuh istri adalah satu-satunya cara untuk membebaskan diri darinya. Pendekatan ini juga menawarkan penjelasan alternatif untuk kasus-kasus di mana seorang pria melakukan uxoricide dan bunuh diri segera berikutnya: pria itu mengakhiri hidupnya bukan karena rasa bersalah, tetapi karena ketidakberdayaan dan ketergantungannya.
Bagi banyak sosiolog, kehadiran uxoricide belakangan ini akan terjadi pada laki-laki dengan mentalitas yang terlalu tradisional yang tidak mau menerima emansipasi perempuan atau peningkatan kebebasan mereka, meski pada kenyataannya tidak ada peningkatan uxoricides belakangan ini, jadi hanya kepentingan yang lebih besar di media untuk fenomena relevan yang merupakan penyebab utama kematian di antara wanita berusia antara 15 dan 44 tahun di seluruh dunia.
Dalam banyak masyarakat patriarki, uxoricide dipandang sebagai pembunuhan kecil-kecilan, terutama dalam kasus perzinahan, dan seseorang bahkan mempertimbangkan apa yang harus dilakukan suami dalam kasus ini. Di India, penyebab uxoricide yang sering terjadi adalah masalah mahar yang tidak memuaskan suami atau keluarganya.