Dalam bahasa sehari-hari atau bahasa umum, penggunaan konfrontasi yang paling sering mengacu pada konfrontasi atau pertentangan. Seorang sosiolog dapat menegaskan bahwa, di kota tertentu, terdapat benturan antara tradisi dan modernitas. Peneliti menunjukkan bahwa banyak orang berusaha untuk mempertahankan adat istiadat dan ritual yang mereka warisi dari nenek moyang mereka, sementara yang lain berusaha mengembangkan praktik baru, lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Konfrontasi terjadi antara satu posisi dan posisi lainnya.
Ini juga dapat dikonseptualisasikan sebagai pertemuan tatap muka, di mana dua orang atau lebih mendiskusikan sudut pandang, pendapat, solusi, visi, situasi, dll. tentang subjek tertentu, apakah itu damai atau tidak. Jika terjadi agresi, maka konfrontasi akan terjadi akibat konfrontasi antara satu orang atau lebih.
Konfrontasi biasanya berkembang atau muncul begitu saja dari perbedaan antar individu dan sangat penting untuk mencoba menyelesaikan dan mencapai kesimpulan yang sehat untuk semua orang.
Ada pembicaraan tentang konfrontasi ketika Anda menghadapi dua atau lebih hal untuk tujuan perbandingan. "Saya membandingkan catatan kelas saya dengan dia dan ada banyak perbedaan mendasar", "para ilmuwan melakukan penelitian, membandingkan berbagai obat dan bahan aktifnya, untuk menentukan obat mana yang paling efektif", "Pakar telah menghadapi perusahaan dari surat promes dengan orang yang terkait untuk menentukan apakah itu miliknya atau itu palsu "atau" Saya telah mengkonfrontasi beberapa negara untuk mencari tahu di mana tempat yang akan saya pilih untuk hadir ".
Konfrontasi adalah strategi terapi yang ideal ketika pasien marah atau kesal dengan orang lain, tetapi ingin menjaga hubungan itu tetap baik karena dia menganggapnya penting.
Untuk ini, pasien harus mengikuti langkah-langkah berikut:
- Pertama-tama Anda harus memulai percakapan dengan suara keras, tetapi dengan diri Anda sendiri dengan nama orang yang membuat Anda kesal.
- Setelah percakapan dengan nama Anda dimulai, Anda harus terus mengatakan sesuatu seperti "Saya marah karena."
- Setelah alasannya dijelaskan, Anda harus mengulanginya terus menerus sampai rasa kesal mereda. Saat kebencian itu lenyap, Anda harus mengakhirinya dengan mengucapkan kalimat berikut: "Saya berterima kasih karena." Sangatlah penting bagi pasien untuk mengulang kalimat ini terus menerus sampai mereka merasakan kebencian hilang.